Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen

EDISI 195/1 November 2009

Daftar Isi:
= Pengantar: Pengangguran Sebagai Dampak dari Krisis Ekonomi
= Cakrawala: Pengangguran
= Bimbingan Alkitabiah: Ketika Di-PHK atau Menjadi Pengangguran
= Tips: Bila Pengangguran Meningkat
= Info: 1. Dapatkan Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org
2. Semiloka Nasional "Profesionalitas dan Karakter Pendidik"

PENGANTAR ____________________________________________________________

Salam dalam kasih Kristus,

Salah satu dampak dari krisis ekonomi adalah PHK besar-besaran. Kenyataan ini membuat kita harus menemukan atau menciptakan lapangan pekerjaan baru yang belum dilakoni banyak orang. Memang, untuk melakukannya tidaklah mudah, khususnya karena masalah ini juga
berimbas pada kondisi ekonomi keluarga. Di kala tidak ada pekerjaan,
pendapatan berkurang, bahkan tidak ada. Di sisi lain, kebutuhan
hidup terus berjalan dan harus dipenuhi.

Meski demikian, sebenarnya ada banyak hal yang dapat kita lakukan
untuk menyiasati keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak
menjanjikan ini. Jangan menyerah sebelum mencoba apa yang bisa kita
lakukan. Allah akan selalu turut campur tangan dalam segala hal
untuk mendatangkan kebaikan serta hari depan yang penuh harapan.
Topik Pengangguran yang Redaksi angkat kali ini, kiranya menjadi
berkat bagi Anda. Selamat menyimak.

Redaksi Tamu e-Konsel,
Desi Rianto
http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
http://c3i.sabda.org/
http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA ____________________________________________________________

PENGANGGURAN

Istilah pengangguran memunculkan banyak citra: anak-anak telantar,
dapur umum, majikan yang kaya, kelambanan pemerintah, dan film
tentang "Great Depression" (Masa Depresi Hebat) ketika orang-orang
berjalan selama berjam-jam mencari pekerjaan. Dalam
gambaran-gambaran itu, tergantung pada nilai dan kepercayaan
seseorang, kecenderungannya adalah ingin menyalahkan seseorang atau
sesuatu -- bisnis, seseorang, atau politikus. Faktanya adalah banyak
negara terganggu dengan masalah tingkat pengangguran yang cukup
tinggi. Pada beberapa negara, tingkat pengangguran mencapai 12
persen, dan dalam kelompok umur tertentu, misalnya pemuda, mencapai
20 persen. Itu tidak termasuk orang-orang yang berjuang untuk
mencukupi kebutuhan pokok di banyak negara di benua Afrika.

Pada awal 1960, beberapa orang berpendapat bahwa sudah tiba saatnya
untuk sebagian besar orang tidak akan bekerja; sebagian kecil orang
akan diberdayakan dan menyediakan kebutuhan orang lain. Apa yang
sedang terjadi? Adakah batasan terhadap potensi atau kebutuhan untuk
bekerja di dunia ini? Apakah implikasinya sebagian dari penduduk
akan menjadi pengangguran dalam waktu yang lama?

Menjadi pengangguran tidak sekadar berarti "tidak memiliki
pekerjaan". Ketika suatu perusahaan melakukan pemutusan hubungan
kerja, pemecatan atau perampingan, orang yang terkena dampaknya bisa
terus melakukan pekerjaan rumah, menjadi sukarelawan di gereja dan
komunitas, dan mencari pekerjaan baru. Menganggur adalah keadaan
ketika seorang pekerja tidak mendapatkan gaji walaupun keinginan dan
kebutuhan terus ada. Bagi orang-orang di negara Barat, yang
identitasnya terikat erat dengan pekerjaan, pengalaman ini biasanya
menghancurkan; mereka merasa tidak berguna. Namun, pada tingkat
pribadi, menganggur adalah saat untuk meninjau dan mengenal secara
lebih dalam pekerjaan spiritual. Pada level sosial dan nasional,
menganggur merupakan masalah pelayanan, karena masalah ini
mencerminkan dosa sistematis dan kurangnya kreativitas sosial dalam
menyediakan kesempatan untuk semua penduduk menggunakan karunia dan
talenta mereka untuk kepentingan umum.

Kenyataan Sekarang

Dulu, pengangguran dianggap sebagai dosa besar. Sekarang
pengangguran sering dianggap tak terelakkan. Banyak pekerjaan kasar
hilang atau dialihkan ke pasar pekerjaan yang berbeda. Sementara,
dalam bidang pekerjaan halus yang dulunya nyaman, tiba-tiba terjadi
perampingan dan penyusunan ulang struktur suatu perusahaan. Istilah
baru seperti "kekurangan pekerjaan" kini masuk dalam perbendaharaan
kata. Apa artinya? Apa pengaruhnya? Apakah Alkitab mengatakan
sesuatu tentang hal ini?

Pada beberapa bagian di dunia ini, pengangguran mencapai tingkat
yang tinggi, misalnya tingkat pengangguran di Nairobi yang mencapai
30 persen. Di kota-kota Dunia Ketiga, orang-orang bisa menghabiskan
waktu selama 7 tahun untuk mencari pekerjaan pertama mereka ketika
mereka pindah ke kota, karena daerah pertanian sekarang berkurang
menjadi jauh lebih sempit; sesuatu yang tidak produktif dan tidak
dapat lagi menopang suatu keluarga. Pengangguran di daerah seperti
ini lebih sulit diukur karena sebagian besar orang bisa mencukupi
beberapa kebutuhan sehari-hari mereka, seperti makanan dan tempat
tinggal, dari hasil pertanian mereka bila tidak terjadi kekeringan,
kelaparan, atau perang. Hidup di lingkungan global seperti kita ini,
masalah itu bukan hanya "masalah mereka" tetapi masalah kita juga.
Robert Kaplan mengungkapkan suatu gambaran pahit perbedaan
antarnegara:

Bayangkan sebuah mobil limosin panjang di jalanan berlubang kota
New York, tempat para pengemis tunawisma tinggal. Di dalam limosin
itu adalah daerah-daerah pascaindustri berudara sejuk di Amerika
Utara, Eropa, negara-negara di Pesisir Pasifik, dan beberapa
tempat terpencil lainnya, dengan perdagangannya yang selaras dan
jalanan berteknologi komputer. Di luar limosin itu adalah sisanya;
umat manusia yang berjalan ke arah yang sangat berlawanan. (hal.
60)

Di negara-negara industri dan pascaindustri, pengangguran memiliki
wajah baru. Bukannya mendapatkan kedudukan tetap selama hidup dengan
suatu perusahaan, sistem sekolah, atau kantor pemerintahan, sebagian
besar orang terus menghadapi perjuangan seumur hidup dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lain. Perubahan dalam dunia kerja berjalan
lebih cepat daripada yang bisa ditanggung oleh banyak orang. Para
pekerja saat ini menghadapi tren yang tidak tentu: dari produksi ke
pelayanan, dari generalis ke spesialis, dari tugas-tugas yang
berulang-ulang ke intervensi (khususnya melalui komputer), dari
pendidikan usia khusus ke pembelajaran seumur hidup, dari pekerjaan
nyata ke pekerjaan yang tidak nyata, dan dari pekerjaan yang sulit
ke pekerjaan yang menyebabkan stres. Tetapi salah satu tren yang
paling mengancam adalah perubahan dari karier seumur hidup ke
beragam pekerjaan jangka pendek. Ini berarti bahwa sebagian besar
orang akan mengalami beberapa bentuk pengangguran dalam hidup
mereka, meskipun periode peralihannya singkat.

Industri perbankan adalah studi kasus klasik. Pemberhentian kerja
dalam industri ini, khususnya melalui pengurangan tenaga kerja,
sepertinya tidak mengarahkan para tenaga kerja dalam bidang yang
sama, namun lebih kepada penggunaan pengalaman seseorang dalam
menangani keuangan dan orang-orang di bidang terkait, biasanya
dengan gaji yang lebih rendah. Dulu, dalam bimbingan kejuruan, ada
dilema "akan jadi apa saya nanti saat dewasa" di antara anak-anak
muda. Kini, hal itu menjadi disiplin seumur hidup. Kita juga harus
belajar melihat pengangguran itu sendiri sebagai disiplin rohani.

Pengangguran dan Kemalasan

Bagaimana seharusnya kita memandang pengangguran? Pengangguran ada
dalam Alkitab. Yesus menggambarkan para pekerja yang menunggu disewa
sebagai pekerja harian tanpa menguraikan moralitas orang yang
menunggu disewa atau mereka yang tidak disewa (Matius 20:1). Kita
bisa mendapatkan banyak referensi tentang orang-orang yang sengaja
tidak bekerja atau malas di dalam Alkitab. Jelas ini adalah dosa (2
Tes. 3:10-13). Meskipun sudah pensiun, orang-orang akan terus
bekerja melakukan pekerjaan rumah tangga dan menjadi sukarelawan
selama mereka mampu. Untuk orang kaya atau yang baru-baru ini
pensiun, menuruti kemalasan dan waktu luang yang terus-menerus itu
berbahaya bagi kehidupan rohani (Amsal 6:9-11; 10:5; 19:15, 24;
20:4).

Ayat-ayat tersebut memang sudah jelas maksudnya, namun tentunya ada
perbedaan antara kemalasan belaka dan menganggur karena terpaksa.
Bila demikian, mengapa ayat-ayat tersebut tidak menyebutkannya?
Sebuah asumsi mengatakan bahwa pada zaman Alkitab, tidak ada
pengangguran struktural. Asumsi lain adalah bahwa pada masa itu,
selalu ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Dalam masyarakat agraris
yang terdiri dari beberapa petani, kedua asumsi tersebut tidak
diragukan lagi kebenarannya. Sebagian besar orang bekerja sendiri
(wiraswasta) dalam perdagangan atau bekerja sebagai petani dalam
konteks struktur keluarga besar tempat handai taulan dan sanak
saudara saling memelihara, khususnya selama masa paceklik,
kekeringan, dan kesulitan ekonomi. Alasan lain adalah tidak ada
definisi mengenai "pekerjaan" yang dirumuskan dengan saksama seperti
kita mendefinisikannya -- terpisah dari seluruh kehidupan. Pekerjaan
pada masa itu didefinisikan sebagai berbagai macam "pekerjaan" di
mana semua orang terlibat, sebagian besar dilakukan di rumah dan
oleh seluruh keluarga.

Memang benar bahwa beberapa orang menjadi pengangguran karena
performa yang buruk dan kegagalan untuk terus belajar dalam
pekerjaan mereka. Orang-orang ini bisa jadi merasa bahwa menganggur
merupakan tantangan dari Tuhan untuk bekerja, mencari pekerjaan
penuh waktu, memeriksa alasan mengapa mereka benar-benar tidak bisa
"menyatu" dengan pekerjaan mereka atau bahkan penolakan mereka untuk
melakukan lebih dari yang diminta. Mereka yang menganggur perlu
berusaha mengolah suatu pekerjaan sebagai suatu perilaku. Kunci
prinsipnya adalah menuntut orang yang menganggur menganggap hal
mencari pekerjaan itu sebagai pekerjaan.

Seseorang seharusnya memiliki disiplin yang sama dalam mencari
pekerjaan seperti memiliki pekerjaan yang rutin -- waktu mulai
bekerja, selesai bekerja, bersiap-siap bekerja, dan seterusnya.
Menjaga kerangka pikir bekerja secara aktif untuk memenuhi kebutuhan
yang terpenting -- bekerja -- merupakan hal yang penting. Selalu ada
alternatif dan pilihan. Ayah saya (Stevens), seorang eksekutif
bisnis, bekerja di divisi pengiriman pada saat perusahaan tempat dia
bekerja sedang dalam masa sulit. Ayah saya (Mestre) bekerja di suatu
perusahaan yang sedang berada pada masa-masa kejatuhan. Pekerjaannya
adalah mendesain, tetapi selama beberapa minggu dia ditugaskan untuk
membersihkan pabrik, karena itu adalah satu-satunya pekerjaan yang
ada. Usaha, tingkat kemampuan, dan perilaku adalah faktor kunci.
"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:23). Ini
adalah ayat yang baik bagi mereka yang mencari pekerjaan dengan
bayaran yang tinggi dan bagi mereka yang merasa bahwa mereka
menganggur. Namun, bagi beberapa orang, penyebab pengangguran lebih
kompleks lagi. Bagaimana kita berpikir dan bertindak ketika seluruh
ekonomi kacau, ketika pengangguran jelas bukan hasil dari usaha,
perilaku, atau kemampuan seseorang?

Pengangguran sebagai Sebuah Struktur Kejahatan

Ketika suatu perusahaan bangkrut, ketika persediaan yang berlebihan
memaksa pemerintah mengurangi produksi hingga keadaan kembali
normal, ketika pasar bursa di Jepang turun dan seluruh ekonomi dunia
mengalami kemunduran besar, ketika ekonomi suatu negara membutuhkan
pengangguran struktural supaya dapat mempertahankan gaji yang
tinggi, kita menghadapi kenyataan yang jauh lebih kompleks.

Menyuarakan pandangan dari banyak pakar ekonomi dan sosiologi, P.G.
Schervitch berpendapat bahwa statistik pengangguran "mengelakkan
berbagai interpretasi sederhana -- fakta sederhananya adalah bahwa
pengangguran bukanlah fakta yang satu dimensi" (Schervitch, hal. 2).
Sebenarnya orang yang kehilangan pekerjaannya karena tempat kerjanya
tutup mewakili kira-kira hanya seperempat dari jumlah pengangguran.
Para pekerja secara mengejutkan ternyata cepat mendapatkan pekerjaan
pertama mereka segera setelah diberhentikan. Sepertiga dari mereka
mendapatkan pekerjaan sebelum menjadi pengangguran (Daniel, hal. 3).
Para pekerja yang dipecat karena pengurangan pekerja secara
besar-besaran cenderung lebih mampu dan terampil, dengan catatan
kerja yang baik dan masa bakti kerja yang lama. Mereka terus melaju
ke posisi puncak. Mereka yang paling menderita adalah para pencari
kerja yang kurang menarik, misalnya mereka yang sudah lama terdaftar
sebagai pengangguran, orang-orang muda yang baru pertama kalinya
masuk ke dunia kerja, dan orang-orang yang kembali masuk ke pasar
kerja setelah menganggur selama beberapa waktu karena alasan
tertentu (Daniel, hal. 4)

Bagaimana kita merespons hal ini? Bagian dari pelayanan Kristen kita
tidak hanya kepada orang-orang secara individu, tetapi juga kepada
struktur, organisasi, bangsa, serta pemerintahan dan otoritas. Kita
yang bekerja seharusnya membantu mereka yang belum bekerja agar
berinisiatif secara kreatif untuk mencari pekerjaan, berlatih
kembali, dan menjadi produktif lagi. Kita juga harus menegur
faktor-faktor sistematis yang menjadikan pengangguran masalah
sosial. Seperti yang seseorang pernah katakan, "Jadi, singkirkanlah
segala hal yang tidak menyenangkan Allah." Kehendak Allah adalah
bahwa suatu bangsa maju dalam menyediakan kesempatan bagi seluruh
warga negaranya untuk menggunakan karunia dan talenta mereka bagi
kepentingan umum.

Naskah-naskah awal Kristen yang masih ada berisi teguran untuk
masyarakat Kristen supaya menyediakan pekerjaan bagi para petobat
baru. Thomas Aquinas lebih lanjut membahas masalah ini dengan
menunjukkan usaha-usaha para pengusaha untuk membuka lapangan kerja
dalam skala besar sebagai suatu tindakan yang sangat mulia (Goss_,
hal. 8). William Droel, aktivis pada masa itu, mengharapkan adanya
pemuridan publik:

Semua pekerja -- yang bekerja, pengangguran, ibu rumah tangga,
sukarelawan, pemimpin bisnis, dan para pelajar -- dipanggil untuk
mempraktikkan hak suara mereka, kemampuan mereka untuk
memengaruhi, kekuatan mereka bersama dalam persatuan dan asosiasi
profesional, dan kesaksian mereka dalam pekerjaan untuk
memengaruhi kebijakan perusahaan, untuk memajukan
perundang-undangan, dan untuk mengatur mekanisme lain yang
bertujuan untuk membangun suatu ekonomi di mana semua orang yang
mau bekerja mendapatkan pekerjaan. Struktur ekonomi tidak muncul
dengan sendirinya. Orang-orang yang mendirikannya,
menggerakannya, dan mengaturnya. Oleh sebab itu, orang-orang yang
berpikir dan bertindak dengan tepat dapat membentuk dan
mengembangkannya. (Goss_, hal. 8-9).

Kerohanian Para Pengangguran

Tidak diragukan lagi, bagi para pengangguran, ada godaan yang harus
diatasi: jatuh dalam keadaan mengasihani diri sendiri, tenggelam
dalam anggapan bahwa ia adalah korban dari "sistem", menyimpulkan
bahwa mereka telah kehilangan harga diri mereka, malu di hadapan
keluarga, teman, tetangga, dan gereja. Seperti kebanyakan lainnya,
krisis ini merupakan bahaya dan kesempatan. Ada kesempatan untuk
menegaskan kembali identitas kita dalam konteks milik siapakah kita
ini daripada apa yang kita lakukan. Ada undangan untuk menemukan
kembali bagaimana Tuhan telah membentuk kita dengan talenta dan
kepribadian, yang cocok untuk berbagai pekerjaan, mungkin beberapa.
Ada disiplin bimbingan kejuruan dan pertumbuhan yang bisa muncul
dari mengeksplorasi apa yang bisa dipelajari dari diri kita sendiri
dari masa "menganggur" yang menyakitkan.

Menjadi pengangguran bisa memberi pengaruh pada keluarga kita,
hubungan kita dengan gereja dan komunitas, karena orang yang terluka
melepaskan kemarahan dan frustrasi pada orang lain, atau merasa
tidak mampu bertemu dengan orang lain. Menjadi pengangguran bisa
menjadi kesempatan bagi kepahitan untuk tumbuh dalam hubungan kita
dengan Tuhan karena menyangkali bahwa kita adalah pekerja yang
berguna dan dibayar tinggi. Tetapi menjadi pengangguran bisa juga
menjadi alat untuk menguatkan relasi kita dengan Tuhan dan orang
lain ketika berusaha berdoa, menolong, dan menasihati orang-orang
yang terdekat dengan kita. Pekerjaan interior ini, bersama dengan
pekerjaan eksterior, yaitu mencari pekerjaan, bisa menyenangkan
Tuhan dan berkenan bagi-Nya (Kolose 3:23).

Ada pilihan-pilihan sulit yang tak terelakan yang harus dibuat bila
kita diharuskan mendapatkan pekerjaan. Haruskah seseorang pindah ke
tempat lain di mana lapangan pekerjaan terus berkembang, atau apakah
bantuan bagi pengangguran itu merupakan hal yang mereka perlukan?
Apakah memberikan bantuan secara terus-menerus kepada seseorang
adalah lebih penting daripada membuat mereka dapat bekerja? Haruskah
kita mengerjakan apa yang ada, meskipun kita merasa tidak cocok atau
tidak termotivasi untuk melakukannya? Ini adalah
pertanyaan-pertanyaan lain yang perlu dipertimbangkan dalam konteks
komunitas Kristen yang peduli, misalnya sebuah kelompok kecil di
gereja. Hanya ada sedikit orang yang bisa mendapatkan pandangan
tentang kondisi mereka yang menganggur tanpa mendapatkan dukungan
dari masyarakat sekitar. Beberapa gereja dan komunitas memberikan
dukungan biaya bagi para pengangguran untuk bertemu dan membagikan
perjalanan kehidupan rohani mereka. Buku-buku, khususnya yang
berhubungan dengan kesedihan dan pengangguran, bisa menjadi bantuan
penting, begitu pula dengan retret sehari untuk berdoa dan refleksi
(Goss_, hal. 37-41). Sambil kita mencari pekerjaan, kita bekerja
dan melakukan beberapa pekerjaan internal yang bisa memutarbalikkan
tragedi pengangguran menjadi penemuan kecukupan di dalam anugerah
Tuhan. Sementara itu orang yang sudah mendapatkan pekerjaan bisa
berdoa mohon pengampunan atas dosa-dosa masyarakat dan dalam konteks
yang Tuhan telah tetapkan untuk kita -- guru, tetangga, warga
negara, pelaku bisnis, pegawai pemerintahan -- untuk melakukan tugas
kita dengan cara-cara yang tidak hanya mengembangkan diri kita
sendiri tetapi juga melengkapi orang lain. (t/Ratri)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: www.urbana.org
Judul asli artikel: Unemployment
Penulis: Michel Mestre and R. Paul Stevens
Alamat URL:
http://www.urbana.org/complete-book-of-everyday-christianity/unemployment


BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________

KETIKA DI-PHK ATAU MENJADI PENGANGGURAN

Referensi Alkitab:

1. Kristus mengetahui dan merasakan setiap penderitaan kita (Ibrani
4:15).
2. Kemurahan akan mengalir memenuhi setiap kebutuhan (2 Korintus
12).
3. Harga diri bukanlah sesuatu yang kita hasilkan, melainkan sesuatu
yang dianugerahkan (Efesus 1:5-6).
4. Rencana yang kekal sedang dinyatakan di dalam kita (2 Korintus
3:18).
5. Mengerti apa artinya menjadi Anak Allah (Roma 8:17).
6. Identitas kita menjadi sempurna hanya di dalam Kristus (Kolose
2:10).
7. Tidak ada PHK atau pengangguran dalam gereja Tuhan (1 Korintus
12:27).

Tidak ada yang dapat lebih efektif menjerumuskan jiwa ke dalam
keadaan tertekan atau putus asa daripada ketika di-PHK atau menjadi
pengangguran. Pada waktu-waktu demikian, seseorang akan merasa putus
asa, tidak berharga, tidak berguna, dan tidak penting. Seberapa
besarnya perasaan-perasaan semacam ini akan berbeda-beda, tergantung
dari mana kita menarik rasa harga diri kita, dari apa yang kita
kerjakan atau dari siapa kita. Jika kita menariknya dari hal-hal
yang kita lakukan (pekerjaan kita, profesi, penampilan, dan
lain-lain) ketika keadaan menghalangi kita untuk melakukan apa yang
biasanya kita kerjakan, maka tanggapan emosi yang biasanya muncul
adalah serasa hancur berkeping-keping. Mereka yang menarik rasa
harga diri dari siapa diri mereka menyadari bahwa walaupun mereka
tidak dapat lagi melakukan apa yang biasanya mereka lakukan (untuk
sementara maupun untuk seterusnya), rasa harga diri mereka sebagai
seorang pribadi tetap utuh dengan tanggapan emosional yang berbeda.
Mereka akan merasa terguncang, namun tak akan hancur.

Sejauh apa reaksi emosi kita berhubungan langsung dengan bagaimana
kita menerima dan mengevaluasi apa yang telah terjadi pada kita.
Inilah mengapa satu dari masalah yang paling sulit untuk diatasi
dalam hidup adalah pengertian dari mana sebenarnya harga diri kita
terletak -- di dalam siapa kita atau di dalam apa yang kita
kerjakan. Apa yang kita lakukan pada saat pekerjaan memang penting,
tetapi bukan segala-galanya. Hal yang paling penting dalam hidup,
dan yang menjadi faktor keseimbangan dari semua masalah dalam hidup,
adalah mengetahui dengan tepat siapa sebenarnya diri kita dan di
mana harga diri kita yang sebenarnya terletak. Sebagai seorang
Kristen, harga diri kita terletak pada fakta yang menyatakan bahwa
kita adalah milik Allah, bahwa kita adalah pewaris Allah yang akan
memerintah bersama Kristus (Roma 8:17). Memegang satu kebenaran ini
tidak akan menghentikan kita dari merasa tersakiti ketika kehidupan
menjadi sulit, tetapi dapat memberikan perbedaan antara merasa
terguncang dan hancur berkeping-keping.

Doa:
Bapa, aku bersyukur atas semua keahlian dan kemampuan yang telah
Engkau berikan, tapi semua itu bukanlah segalanya. Engkaulah
segalanya. Tolong aku untuk mulai sekarang mendapatkan sesuatu yang
berharga dari-Mu saja dan bukan dari apa yang dapat kulakukan. Dalam
nama Yesus. Amin.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis
Judul asli buku: Your Personal Encourager
Penulis: Selwyn Hughes
Penerjemah: Genesis Team
Penerbit: Bethlehem Publisher, 2002

TIPS _________________________________________________________________

BILA PENGANGGURAN MENINGKAT

Apakah Anda pernah menganggur?

Saya menjadi pengangguran ketika saya masih harus membiayai ibu saya
yang sudah janda dan lima adik perempuan di Argentina. Pada waktu
itu, goncangan besar menghantam negara saya. Saya tidak punya
pekerjaan, tidak mendapat pertolongan; saya tidak punya apa-apa!

Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen bila dia tidak
bekerja?

Pertama, terima keadaan Anda sebagai pengangguran, meskipun sulit,
dan percaya bahwa Tuhan menggunakan keadaan ini untuk kebaikan.
Alkitab mengatakan, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

Kedua, dengan teliti, buatlah rencana bagaimana Anda akan
menggunakan waktu luang Anda. Di Efesus 5:16, kita diperintahkan
untuk menggunakan setiap kesempatan. Saya sarankan supaya Anda
menghabiskan dua jam pertama setiap harinya untuk mempelajari
Alkitab dan berdoa. Gunakan tiga atau empat jam berikutnya untuk
mencari pekerjaan dengan serius dan sistematis.

Ketiga, layanilah orang lain. Gunakan waktu sore hari untuk gereja.
Bantulah mereka yang membutuhkan, kunjungi orang-orang yang sudah
lanjut usia, penginjil, orang-orang Kristen baru. Firman Tuhan
berkata, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila
sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi
lemah." (Galatia 6:9)

Keempat, bekerjasamalah bersama-sama sebagai keluarga untuk
menggunakan dengan kreatif apa yang sudah Anda miliki untuk
mencukupi kebutuhan Anda dan bahkan menolong orang lain. Bila Anda
memiliki tanah kosong, tanamilah. Bila Anda punya talenta tertentu
yang bisa digunakan untuk mendapatkan uang, gunakanlah. Bila kita
menghormati Tuhan dalam setiap bagian kehidupan kita, kita boleh
yakin bahwa Dia akan mencukupi semua yang kita perlukan. (t/Ratri)

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: ChristianityToday.com
Judul asli artikel: If Unemployment Strikes
Penulis: Luis Palau
Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/moi/2001/004/august/18.18.html

INFO__________________________________________________________________

DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG

Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan
pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah,
dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA
telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap
pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam
bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti
Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal,
Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi
Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal,
Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal.

Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai
situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri
untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis
blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada
rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs
"natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari
kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi
berkat bagi kemuliaan nama-Nya.

==> http://natal.sabda.org/


SEMILOKA NASIONAL "PROFESIONALITAS DAN KARAKTER PENDIDIK"

Pendidik sebagai unsur pokok dalam dunia pendidikan menjadi kunci
utama untuk mencapai kemajuan dan pembaharuan dalam upaya
terciptanya generasi yang tinggi iman, ilmu, dan moral pada era
mendatang. Untuk itu, Yayasan Sekolah Kristen Indonesia (YSKI) dan
Yayasan Peduli Konseling Indonesia (Pelikan) mengundang para guru,
jemaat, dan pemerhati pendidikan untuk mengikuti semiloka nasional
pada:

Hari, Tanggal: Jumat -- Sabtu, 13 -- 14 November 2009
Tempat: Grand Candi Hotel, Jl. Sisingamangaraja No.16, Semarang
Pembicara:
1. Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, MEng. (Rektor UPH Jakarta)
2. Rm. DR. Wiryono, SJ (Rektor Univ. Sanata Dharma Yogyakarta)
3. Pdt. Julianto Simanjuntak, MDiv., MSi. (Konselor, Ketua LK3, dan
Pendiri Yayasan Pelikan)
4. Drs. Thomas Indradjaja, MM. (Manager YSKI Semarang)
5. Dra. Soekarmini (Staff Teacher's College UPH Jakarta)
6. Rev. Tabita Kartika Ch., Ph.D. (Ass. Dekan Fak. Teologi UKDW
Yogyakarta)
7. Prof. J.T. Lobby Loekmono, Ph.D. (Dekan FKIP UKSW Salatiga)
8. Siswanto, MSi., Psi. (YSKI Semarang)

Tema-tema pleno dan kapita selekta, biaya kontribusi, dan informasi
lainnya dapat dilihat di:
==> http://www.yski.or.id/
==> http://www.pedulikonseling.or.id/


_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

Postingan populer dari blog ini

Angka Umpasa di Na Marhusip

Contoh Umpasa batak

Lagu sekilas