ADAT UNTUK ORANG MENINGGAL

Tingkatan-tingkatan Orang Meninggal

a. Mate dakdanak/mati anak-anak, meninggal belum kawin.
Tidak ada adat untuk ini
b. Mate Pupur, meninggal tanapa ada keturunan . Tidak ada adat untuk ini
c. Mate Punu, meninggal belum ada nak lelaki tetapi ada anak perempuan. Beluma ada
paradaton untuk ini.
d. Mate mangkar ( matompas tataring/matipul ulu) , meninggal ada anak laki dan
permpuan tetapi belum ada cucunya. Keterangan sama dengan b & c.
e. Sorimatua, sudah bercucu, tetapi lebih banyak anaknya yang belum kawin.
Adat sama dengan paradaton sari matua.
f. Sarimatua, meninggal sudah mempunyai cucu tetapi masih ada yang belum kawin.
Adat sesuai dengan paradaton sari matua
h. Saurmatua, sudah mempunyai cucu dari anak lelaki dan anak perempuannya dan sudah
semua anaknya menikah.
Adat sesuai paradaton saur matua.
i. Maulibulung, saur-matua jala dan belum ada keturunannnya yang meninggal mendahului
dia.
CATATAN:

Sering kita lihat seorang yang meninggal statusnya “mate mangkar” tetapi dengan berbagai alasan seolah ditingkatkan statusnya menjadi saur matua, agar dapat dibuat acara adat saur matua.
Sebenarnya konsep berpikir seperti itu sangat keliru, karena:


1. Status itu adalah keadaan sebnarnya ketika dia dipanggil Tuhan. Dengan menyebut dia saur matua, terkesan seolah kita tidak menrima apa yang ditetapkan Tuhan (takdir ).
2. Kalau acara adatnya dibuat acara saur matua dapat saja dilakukan atas kesepakatn dengan hula-hula tanpa merobah statusnya.


Analoginya persaratan masuk kelas 1 SD umur 7 tahun, tetapi karena kemampuan khusus seoarang anak umur 3 tahun dapat mengikuti kelas 1 SD. Ia boleh duduk di kelas 1 SD bukan lantas umurnya dijadikan 7 tahun.
Perlu dipahami dari religius magis, acara adat sari matua bagi yang meninggal sari matua bukan persyaratan tetapi justru keharusan

Religius Magis Orang Meninggal
Jika melihat tingkatan-tingkatan orang meninggal ini “penghargaan” yang semakin tua dan banyak keturuan semakin kelihatan ada hubungan kepercayaan religius magis kepada pemujaan/penghargaan kepada sumangot atau roh natua-tua atau leluhur.
Mungkin kutipan dari buku Hukum dan Adat Mayarakat Batak Toba karangan ni JC. Vergouwen halalamn 79-81 mungkin dapat membantu memahami religius magis acara adat orang meninggal ini.

Seluruh kehidupan pribadi masyarakat Batak ketika masih animisme/tidak beragamama (pagan, heiden/kafir) diresapi konsep religius yang bersifat magis (religius magis).
Hampir tidak ada suatu lingkungan hidup dimana perilakunya tidak dibimbing konsep religius magis , dan pemikirannya dikuasai oleh konsep “adikodrati” seperti:

Roh
Pikiran orang Batak yang animistis lebih peka terhadap kegiatan roh, begu.
Mereka disebut sipelebegu = pemuja roh, ketimbang semua dewata yang baru disebut tadi.

Istilah begu mencakup juga roh orang yang sudah mati, tetapi juga roh-roh alam, dan ke dalamnya termasuk semua roh yang jika disembah dan diberi sesajen bisa dibujuk untuk memberikan berkat duniawi.

Roh-roh inilah yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagian besar dari nasibnya tergantung daripadanya.

Kalau roh ini tidak dihormati akan menimbulkan bencana kepada keluarga dan hewan maupun pertanian.
Penjahat berusaha mengikat persetujuan dengan begu yang ditakuti, sehingga tidak ada orang yang berani menentangnya, (Halak na begu).
Menurut anggapan yang lazim, para begu bersatu dalam perserikatan yang sama betul dengan perserikatan manusia, hanya begu melakukan semua yang dilakukan manusia, tetapi secara terbalik
Sumangot
Di antara begu, roh leluhur yang sudah meninggal menduduki tempat yang khusus.
Terutama mereka yang diwaktu hidupnya menjadi kaya, mempunyai kekuasaan, dan yang keturunannya banyak. Roh mereka ini, sumangot ni ompu (roh leluhur yang dipuja), ingin disembah dan dihormati dengan sesajen agar terus bergiat dalam memajukan kesejahteraan keturunan leluhur itu.


Dengan demikian, panen akan melimpah ruah, kekayaann bertambah-tambah, ternak berkembang biak, akan lahir banyak anak, dan akan terhindar dari bencana (Sinur na pinahan gabe naniula)

Tetapi, jika roh itu dilalaikan, anak-anak akan mati, panen gagal, ternak jatuh sakit, dan pelbagai malapetaka lainnya datang menimpa.

Melalui penglihatan gaib datu akan menanyakan apakah ada bahaya yang datangnya dari roh leluhur yang murka, sumangot na tarrimas. Jika memang demikian halnya datu akan menentukan macam pengorbanan yang mesti dilakukan.

Di lingkungan galur keturunan yang besar dan kecil, orang-orang secara teratur menyajikan persembahan kepada leluhur jika sedang ada perjamuan, dan gondang dipukul.

Sesajen tibal-tibal, menurut kebiasaan ditempatkan di suatu bagian rumah, pangumbari, tempat dulu leluhur hidup, dan tempat kepala kelompok mungkin masih bermukim.

Jika para leluhur itu orang-orang penting dan berkuasa semasa hidup, begu mereka pun berkuasa dan penting di dunia roh, dan penghormatan kepada mereka meningkat dengan bertambahnya keturunan leluhur itu, dan pengaruhnya bertambah dan vice versa (sebaliknya).

Upacara bisa berjalan berhari-hari, dimasa dulu bisa berbulan-bulan, karena itu adalah suatu peristiwa penting bagi galur keturunan yang beranggota banyak, dan sejumlah besar kerbau dan ternak lainnya pun dibantailah.

Mengeluarkan tulang-tulang leluhur yang sudah meninggal dari tanah, mangongkal holi , harus diiringi dengan gondang, dan tembakan bedil. Bona ni ari menyediakan kain pembungkus tulang-tulang sebelum dibawa pergi, dan boru yang tertua bertanggungjawab atas penyediaan makanan yang akan dipersembahkan.

Pemahaman Peranan Hula-hula & Tulang Ulaon Sari/Saur Matua.
Peranan hula-hula dan tulang dalam acara adat orang meninggal sangat dominan, dan dalam acara mangongkal holi, bonaniari yang berperanan. Kutipan dari buku “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba” karangan J.C.Vergouwen di halaman 62 & 63: memberi gambaran mengenai hal ini

“Hula-hula adalah sumber kekuatan adikodrati, daya hidup bagi masing-masing borunya. Boru memandang anggota hula-hulanya sebagai orang yang dikaruniai sahala, yaitu kekuasaan istimewa yang dapat dianggap sebagai suatu daya yang dahsyat, melebihi kekuatan terpendam biasa yang ada pada tondi (roh). Sahala ini dapat memancarkan pengaruh yang berfaedah dan menyelamatkan bagi boru, tetapi dalam pada itu, kekuasaannya menciptakan rasa takut dan hormat kepadanya. “


“Didunia fana ini, demikian kadang-kadang dikatakan, hula-hula itulah wakil ni Debata = Kalifatullah, bukankah dia yang telah menyerahkan anak gadisnya , ianakkon ? Dialah pangidoan dohot panjaloan pasu-pasu di boruna = kelompok orang yang kepadanya boru secara khusus menghimbau agar mendapatkan berkat, pasu-pasu jika diperlukan, dan memang dari dialah boru memperolehnya.”

Peranan hula-hula dan tulang dalam acara adat orang meninggal sangat dominan, dan dalam acara mangongkal holi, bonaniari yang berperanan. Kutipan dari buku “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba” karangan J.C.Vergouwendi halaman 62 & 63

Ulos Saput & Ulos Tujung

Pemahaman “Ulos Saput & Ulos Tujung” mungkin ada hubungannya dengan religius magis “ dan peranan hula-hula yang disebut diatas. Intina adalah

a. “Hula-hula adalah sumber kekuatan adikodrati, daya hidup bagi masing-masing borunya.
b.Boru memandang anggota hula-hulanya sebagai orang yang dikaruniai sahala, yaitu kekuasaan istimewa yang dapat dianggap sebagai suatu daya yang dahsyat, melebihi kekuatan terpendam biasa yang ada pada tondi (roh). Sahala ini dapat memancarkan pengaruh yang berfaedah dan menyelamatkan bagi boru, tetapi dalam pada itu, kekuasaannya menciptakan rasa takut dan hormat kepadanya. “
c.“Didunia fana ini, demikian kadang-kadang dikatakan, hula-hula itulah wakil ni Debata = Kalifatullah, bukankah dia yang telah menyerahkan anak gadisnya , ianakkon ?
d.Dialah (hula-hula) pangidoan dohot panjaloan pasu-pasu di boruna , khususnya menghimbau agar mendapatkan berkat, pasu-pasu jika diperlukan, dan memang dari dialah boru memperolehnya.”
Jadi dari horong hula-hula dan tulang, hula-hulalah sumber utama sumber permintaan pasu-pasu/berkat


Jika merujuk pada huruf a & b siklus religius magis kehidupan orang batak , makna ulos tujung peranan hula-hula di diacara sarimatua dan saur matua yaitu memberikan ulos tujung boru atau helanya untuk meberi kekuatan dan berkat kepada yang ditinggalkan dan keturunan orang yang meninggal ini i (Hula-hula adalah sumber kekuatan adikodrati, daya hidup bagi masing-masing borunya)

Jadi peranan ni ”hula-hula” lebih dominan untuk menaungi yang hidup atau yang ditinggalkan orang yang meninggal itu

Jadi kalau peranan hula-hula lebih dominan kepada yang hidup dialah yang meberikan ulos tujung, kepada suami/isteri yang ditinggalkan yang meninggal dan tulang memberikan saput kepada yang meninggal, karena semenajk itu statusnya akan berobah naik satu tingkat.

Peranan Hula-hula & Tulang di Siklus Kehidupan Orang Batak
Menurut Religius Magis & Keseharian

No
Siklus
Borua/Ina
Baoa/Ama
1 Sorang/Lahir Ulos sian Tulang1) Ulos sian Tulang1)
2 Tardidi/Baptis Ulos sian Tulang Ulos sian Tulang
3 Sidi Ulos sian Tulang Ulos sian Tulang
4 Kawin Ulos Sian Tulang Ulos Hela –>Hulahula 1)
Ulos sian Tulang ni baoa
5 Monding Ina/isteri meninggal Saput sian Tulang2) Tujung Hula-hula 2)
6 Suami meninggal Tujung sian Hula Saput sian Tulang2)
7 Panangkok Saring-saring Bona ni ari manam pin3) Bona ni ari manampin3)

Keterangan:
1) Ulos pertama diberikan “ tulang” dan “Hula-hula”
2) Ulos parpudi na dipasahat tulang dohot “hulahula”.
* Dikatakan terahir karena selanjutna berobah fungsina (naik satu tingkat) di keluarga
berenya i.
3) Acara Panangkok saring-saring, cuculah yang menjadi hasuhuton makanya bona niari lah
yang manampin

Kesepakatan di Batam: 16 Januari 2004
a. Jika suami meninggal, ulos tujung dari hula-hula, ulos saput dari tulang yang meninggal
b. Jika isteri yang meninggal , “hasuhuton yang meminta ” dari siapa saput dan ulos tujung ( diserahkan kepada kesepakatn hula-hula dan tulang siapa diantara merek yang memberikan saput dan tujung

Martonggo Raja/Maria Raja di Ulaon Sari Matua/Saur Matua

Memberitahukan kepergian/meninggalnya seoaran raja dan membicarakan serta mepersiapkan segala sesuatu untuk acara adat penguburannya.

Mompo.
Memasukkan yang meninggal ke batang/peti jenazahnya

Sanggul Marata/Sijagaron.
Tanda status hagabeon yang meinggal (sari matua atau saur matua), berupa bakul yang berisi eme/padi , gambiri/kemiri, hariara/beringin, sanggar, ompu-ompu, silinjuang, sihilap dohot pilo-pilo dipeakkon di halangulu ni namonding. Ndang adong makna religius magis ni i.

Adat di Batam: Pelaksanaan terserah suhut diadakan atau tidak.

Boan/Parjuhut ni Namonding.

Parjuhut (hewan yang dipotong) tergantung status yang meninggal. Yang paling tinggi adalah kerbau. Jika pangarapoton beda hari dengan partuatna, maka yang dipotong untuk pangarapoton berberda pula dengan partuatna.

Catatan: Sebelum misi/kekristena datang parjhuht hanya lembu atau kerbau.

Mangarapot.
Terjemahan bebas “Menutup Rapat”. Memang ulaon i manutup batang/peti jenazah rapat-rapat dengan lem/rapot dan diikat dengan rotan. Sekarang tidak seperti itu lagi peti jenazah tidak ditutup karena masih ada lagi acara agama. Dengan kondisi ini, pangarapoton sebenarnya tidak ada lagi, dan sekarang terutama di kota, walaupun ada acara panfarapoton tetapi sudah disatukan dengan acara adat partuatna, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.
Sesuai kondisi lingkungan , paradaton di luat Batam pangarapoton dan partuatna disatukan, sehingga jenazah dapat 2 malam saja tidak seperti di bona pasogit yang bisa sampai 7 hari


Partuatna/Tuat tu Alaman.
Terjemahan bebas “ Diturunkan ke Halaman” (Maralaman).
Pengertian ini bisi dipahami jika kita membayanghon rumah adat yang berkolong/marbara sehingga ketika, dibawa dari rumah ke halaman memang harus turun ke halaman dalam pengertian yang sebenarnya, dan acara itu sendiri disebut acara paborhathon/ pemberangkatan jenazah.
Dengan kondisi rumah sekarang khusunya diperkotaan yang tidak pakai kolong lagi, tidak disebut lagi partuatna, tetapi disebut dengan “maralaman” yang berarti dibawa/dipindahkan ke halaman.

Karena kondisi halaman rumah diperkotaan yang padat khusunya di Jakarta yang umumnya terbatas, serta kondisi lingkungi jenazah tidak memungkinkan dibawa kehalaman, sehingga maralaman hanya namanya saja tetapi jenazah dan acara tetap di rumah tidak dibawa ke halaman. naung di alaman ma i ala ni kondisi masyarakat sekitar……dst.

Parjambaran
Parjambaran hombar sesuai parjuhutna. Prinsip pokok jambar ni sarimatua/saurmatua pisah upasira dengan ulu, artinya salah satu ulu/kepala atau upasira ada di hasuhuton.

Parjambaran Ulaon Sarimatua/Saurmatua
Parjuhut Lombu

NO
GOAR NI
HASAHATANNA

JAMABAR
INA MONDING
AMA MONDING
1 Ulu




a Namarngingi parhambirang Tulang Hula-hula
b
Namarngingi parsiamun Tulang Hula-hula
c Osang Hula-hula Tulang
2 Rungkung/ Tanggalan Boru Tubu Boru Tubu
3 Panamboli Dongan Tubu/Parhobas
Dongan Tubu/Parhobas
4 Soit D.Sahuta, D.Tubu , Pariban D.Sahuta, D.Tubu , Pariban
5 Handang/Rusuk/ Somba-somba Bona Tulang/ Bonaniari Bona Tulang/ Bonaniari
6
Upasira/Ihur Suhut Suhut

Parjambaran Ulaon Sarimatua/Saurmatua
Parjuhut Horbo

NO
GOAR NI
HASAHATANNA

JAMABAR
INA MONDING
AMA MONDING
1 Ulu




a Namarngingi parhambirang Tulang Hula-hula
b
Namarngingi parsiamun Tulang Hula-hula
c Osang Hula-hula Tulang
2 Rungkung/ Tanggalan Boru Tubu Boru Tubu
3 Panamboli Dongan Tubu/Parhobas
Dongan Tubu/Parhobas
4 Soit D.Sahuta, D.Tubu , Pariban D.Sahuta, D.Tubu , Pariban
5 Handang/Rusuk/ Somba-somba Bona Tulang/ Bonaniari Bona Tulang/ Bonaniari
6 Upasira/Ihur Suhut Suhut


Acara Paborhathon.
Huhuasi Paidua Ni Suhut
anjaha Jujur Ngolu (Riwayat Hidup)

Hula-hula dan Tulang:
1. Hula-hula
2. Tulang
3. Bona Tulang
4. Bona Niari
5. Tulang Rorobot
Hula-hula Namarhahamaranggi
1….
2….dst
Hula-hula Anak Manjae (Hula-hulanaposo)
1…..
2….. dst


Peranan hula-hula dan tulang dalam acara adat orang meninggal sangat dominan, dan dalam acara mangongkal holi, bonaniari yang berperanan. Kutipan dari buku “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba” karangan J.C.Vergouwendi halaman 62 & 63
HATA PATUJOLO, Hinauli dohot “Nilai Luhur” Adat Batak, diangkui para ahli do na mansai bagas jala denggan , khususna songon na nidok sambutan ni mantan Ephorus HKBP Ds G Siahaan di Buku Ruhut-Ruhut Adat Batak Bily Situmorang 1986.


Bidang do diranap dao ditatap di Adat Batak i. Uli idaon angka tujuanna, naeng maraturan na denggan sude ulaon: masiurupan, masiajaran, masipodaan, masitatapan, masihilalaan. Naeng maraturan na denggan sude panghataion, pangalaho dohot parange: masiantusan, masihormatan, masipasangapan.
Naeng maraturan na denggan sude parsaoran: pardongan saripeon, parnatua-tuaon dohot paraniakhonon, parhaha-maranggion, parsahutaon, parsisolhoton, denggan mar-dongan tubu, marhula-hula, marboru.
Sian najolo, diakui roha ni halak Batak do, naso marguru dijolma sude namasa diportibi on
Ala ni i mabiar do nasida mangulahon na so uhum, na so adat, mabiar do nasida mangulahon ginjang ni roha dohot lomo-lomo, sai haserepon do dipodahon dohot diparangehon.
Ala ni i, naengma di namangulahon acara adat batak i hita, tajaga ma tongtong hinauli dohot nilai luhur adat Batak i asa tongtong lestari, unang asal-asal manang jagar-jagar sajo.

Asa boi hita mangulahon adat Batak na sintong, ingkon tongtong jolo ta antusi aha do makna dohot maksud ni setiap tatanan paradaton i, “ndang asal maniru na asing hape naung sala apalagi mangarang sesua selera ” songon na nidok umpama : eme na masak digagat ursa, ia i namasa ima ni ula” alana molo na sala do namasa i, ba lam dao ma menyimpang sian nilai luhur Adat Batak i. Arti ni umpama i pe, sindiran do i tu sasahalak namangulahon adat alai ndang diboto boasa di ulahon songoni, gabe dialusima songon umpama i

Molo rup tangkas mamboto makna dohot nilai luhur ni paradaton i (Adat Batak analogina UU hukum secara nasional, Paradaton/Solup analogina songon Perda namarlaku di satu daerah tertentu namambaen Perda i) gabe praktis, ekonomis jala uli idaon Adat Batak i, alana ndang porlu be adong na bersitegang leher martele-tele gabe kontra produktip naso sesuai be tu tuntutan ni masyarakat industri/modern khususna di Batam.
I do alana di Pedoman Acara Adat Marhata Sinamot on dipatorang do aha do pemahaman marhata sinamot dohot ragam ni sinamot, pudun saut dohot nahombar.


Catatan: Molo adong pangantusion na asing na autentik, boi do sesuaihonon hon paradaton on, alai anggo holan alasanna “maniru namasa” manang na “niulahon di huta naasing” manang di “hutana asalna be “ ndang sihataan i


PEMAHAMAN N PARADATON ADAT BATAK PUDUN SAUT
Pudun Saut
Ragam Goar ni Sinamot


pangamai, pamarai, simolohon dohot tulangjuhutsilatataibadah
Pemahaman na deba sinamot sitombol ima godang ni sinamot naung disepakati , nunga disi sude (lump sump) kewajiban-kewajiban paranak asing ni panandaion di alaman tu suhi ni ampang na opat ni parboru (pangamai, pamarai, pariban, tulang), , alai di parboru ulaon.
Sarupa dohot sinamot sitombol alai gondang dohot dengke sila dang diwajibkan jala alaman ulaon unjuk dang ingkon di alaman ni parboru, alai hombar tu kesepakatan nama.

lapatanna masing-masing paranak dohot parboru masinangkohi tangga ni balatukna be.
Tekhnis mangulahon, dipatorang do anon di “Buku Pedoman Acara Perkawinana Adat Na Gok”



Na taripar sian Parboru tu Paranak
Tolu (3) na taripar sian Parboru tu Paranak 1.Taripar sian Suhut Parboru tu Paranak a.Pauseang, ulos na so ra buruk; b.Ulos Pasamot/Pansamot dohot ulos hela2. Ulos herbang sian Partodoan ni Parboru tu Partodoan ni Paranak: a.Tu Pamarai, haha anggi ni natoras ni Pangoli. b.Tu Simanggokhon, haha/ anggi ni Pangoli c.Tu Namboru ni Pangoli d.Tu sihunti ampang, iboto ni Pangoli Partodoan ni Paranak on, didok do tong songon suhi ampang na opat ni Paranak.3. Ulos ulos, manang ulos tonunon sadari, tu tutur na asing na ginokkon ni Paranak.

Tudu-tudu ni Sipanganon & Jambar.

2. Jambar Jambar, ima namargoar ditamba bagian naasing na sibagihonon songon hatorangan mengenai jambar, songon tanda penghargaan, pengakuan legitimasi kehadiran ni angka raja na ro hombar tu status manang fungsi ni nasida di ulaon i. Pedoman parjambaran naung disepakati di Batam (Solup Batam) ima:

Onma sebagai pedoman, alai na mengikat hula-hula ma namangalehon tu paranak jambar songon “” hombar paradaton di huta i, alana paranak nunga menyerahkan “ tudu-tudu ni sipanganon /panggoari ni sipanganon” tu parboru hombar tu mkana juhut & parjuhut naung pinatorang di bagian V

Ala ni i di tingki Acara Adat Perkawinan, naengma holan “dengke ni hula-hula” napinasahat secara khusus/ dohot acara dung dipasahat paranak tudu-tudu ni sipanganon asa tangkas makna dohot nilai luhur ni adat i. Alana molo na asing sarupa dipasahat ndang gabe sarupa nama dohot na asing gabe mago nilai dohot makna ni dengke hula-hula i. Molo tung adong pe dengke naasing dipasahat ma i rup boras dpramasuk nasida, dicatat jala digorahon ma angka ise si usung dengka.

Ulos Kepada Pengenten

No Uraian Yang Mangulosi Keterangan
A Dari Parboru/Partodoan
1 Pamarai 1 lembar, wajib Kakak/Adek dari ayah pengenten wanita
2 Simandokkon Kakak/Adek laki-laki dari pengenten wanita
3 Namborunya (Parorot) Iboto dari ayah pengenten wanita
4 Pariban Kakak/Adek dari pengenten wanita
B Hula-hula dan Tulang Parboru
1 Hula-hula 1 lembar, wajib
2 Tulang 1 lembar, wajib
3 Bona Tulang 1 lembar, wajib
4 Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib
C Hula-hula dan Tulang Paranak
1 Hula-hula 1 lembar, wajib
2 Tulang 1 lembar, wajib
3 Bona Tulang 1 lembar, wajib
4 Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib

Hula-hula namarhahamaranggi dohot hula-hula anak manjae ndang ingkon ulos tanda holong nasida boi ma nian bentuk hepeng, songon na pinatorang. Songoni angka na asing na marholong ni roha.

PROSESI ACARA ADAT
Ulaon di jabu/di alaman , manang inganan na pinatupa

1. Paradehon Sipanganon a. Paranak: Menyediakan jala mamboan sipanganon namargoar lengkap dohot minuman ( na jolo tuak tangkasan).

2. Parmasuk ni Paranak.Molo dung dibereng nunga singkop parboru dohot paranak, boi do Paranak manungkun manang Parboru.a. Molo Parboru Manggora:“ Boha amang boru, molo na so adong dope sipaimaon muna, nunga rade hami manjalo haroro mun”.

Andorang so marsipanganon jolo dipasahat Paranak do tudu-tudu sipanganon tu Parboru suang songoni dengke sian Parboru tu Paranak

Dung singkop sude hundul angka hula-hula dumulai ma ulaon, ima pasahathon tudu-tudu sipanganon dohot pasahat dengke.

PR PARANAKNunga denggan Rajaja ni hula-hula nami…..Nunga denggan be ta mulai, anggo di hami ndang adong be sipaimaon. Mandapoti nama molo tung adong dope na so haru sahat. Mauliate ma rajanami.Molo dung mangarade hamu hula-hulannami, asa jolo ro ma hami pasahat tudu-tudu ni sipanganon, naung hupatupa hami diulaonta sadari on. Mangarade ma hamuna hula-hula nami.

Dihamu hasuhutonnami, ro/rade ma hamu tu….asa tajangkon haroro ni parboruonta Raja……laho pasahathon tudu-tudu ni sipanganon tu hita hula-hulana.Laos songonima di hita namarhahamaranggi namardongan tubu, asa rup ma hita tu jolo on manjalo haroro ni parboruonta Raja……pasahathon tudu-tudu ni sipanganon.

Dihamu hula-hulanami…….dison ro do hami Pamoruon muna marga ……, pasahathon tudu-tudu ni sipanganon na tabo, na marsiala do i ima na adong na solot di ate-ate nami, na gompang di pusu-pusu nami nanaeng pasahaton nami annon Raja nami, asa songon ni dok ni natua-tua ma : ‘Bagot na marhalto ma na tubu di robean, horas ma hamu na mangan hon tu tambana ma di hami na mangalehon, las ma roha muna manjalo Botima”Dung sae dipasahat dijalangma hula-hulan laos mulak tu hundulannabe.

PR PARBORU.Dihita namardongan tubu, raja ni boru/bere dohot saluhut raja na ginokkon, dison nunga tangkas jinalo tudu-tudu ni sipanganon sian parboruon Raja…….. Molo tung di jolo ni hasuhuton pe on nueang, na rup manjalo ma hita disi . Botima.

PR PARANAK:Na uli Raja nami, nunga rade hami

PR PARANAKDihita namardongan tubu, raja ni boru/bere dohot saluhut raja na ginokkon, dison nunga tangkas jinalo dengke si mudur-udur, dengke sitio-tio sian hual-hula Raja…….. Molo tung hasuhuton pe nuaeng napadop adop on, na rup manjalo ma hita disi . Botima.

PR PARBORU.Nuaeng pe diparboruon nami, ala nunga singkpo sude na roha nami marsipangananon ma hita. Andoroang so marsipanganon hupasahat hami ma tu hamu mambaen tangiangg laho mangan.


Amanta raja dohot inanta soripada na liat na lolo; Sitiktik ma si gompa, golang-golang pangarahutna.Tung songon dia pe sipanganon na hupatupa hami onSai godangma pnasuna ! Marjomuk ma hita !

Dihamu angka raja dohot inanta soripada sian dongan tubu, dongan sahuta, boru, hula-hula, pariban, sudena tulang dohot ale-ale, nunga tajalo dison tudutudu manang panggoari ni sipanganon sian pamoruonta na rap mangadopi ma hita.Langsung ma digora rajani boruna, asa di irisiris menekmenek sian aliang-aliang dohot ate-ate laho dipiringkon (dipadalan) tu angka naginokhonna.
(4). MARBAGI JAMBAR

PR PARBORUNunga boi ra ta uduti ulaonta atik pe so haru singkop dope sude marsipanganon, ima taringot tu parjambaran.PR PARANAK.Naulima i Rajanmi !



PR PARANAKMauliatema Raja nami !Nunga tingkos nanidok muna rajanami, nungnga hupasahat hami tu hamu Rajanami tudu-tudu ni sipanganon i, jala dialaman muna do uloonta, huhut ni i, hombar tu uhum ni adatta, disi tano niinganhon, disi solup niparsuhathon, nauli ma i raja nami , sidapot solup ma hami na ro.

Hamu angka raja namarloloan on, lumobi raja dongan huta;

Sori manungkun do sori mandapot, sai jolo manungkun do naro tu nanidapot; disi tano ni inganhon, disi solup ni parsuhathon ; ai si dapot solup do naro.
Ianggo parjambaron na masa di huta on , tarsongononma; ……..
Dung dialusi nunga une, horas jala gabe, didokma muse:
CATATAN:1. Umpama/Umpasa naasing nahombar di tingki marsipanganon boi dohonon.
Bulung ni dapdap langkop sipanganon natupa ima taparhajob.

2. Mansai ringkotdo jala unang lupa hasuhuton paboahon tu angka tondongna na ro sian luat naasing na mungkin asing paradatonna /solupna asa unang anon adong na mangido adat namasa di luatna/hutana.

Dung sidung marbagi jambar diudutima dohot manghatai adat.
Songoni ma nang dihamu horong hula-hula, tulang…., bona tulang…., tulang rorobot……, bona niari….., hula-hula namarhaha maranggi……., hula-hula anak manjae/hula-hula naposo……. , nunga huparade hami hundulan di hamu Rajanami. Molo tung songonipe parhundul muna rajanami naung disiamun nami ma hamuna. Rajanami, ia di pudi hamu Rajanami sipaimaon, ia dijolo hamu siaduon, ai hamu do pangidoan paniroion dohot panuturion di hami ianakkon muna, di panghataionnami maradophon hula-hula i, Raja…… Beha, nunga denggan be hundulan muna Raja nami? Mauliatema !

PR PARANAK.Mauliatema rajanami, udutanta ma hape panghataionta.
Dihita namardongan tubu, Raja ni boru , Bere/ibabere raja ni dongan sahuta dohot ale-ale, tapadenggan ma parhundulta ala naeng mulaanta nama panghataion dohot hula-hulanta………… Songoni ma nang dihamu horong hula-hula, tulang…., Bona tulang…., Tulang rorobot……, Bona niari….., Hula-hula namarhaha maranggi……., Hula-hula anak manjae/ Hula-hula naposo……. , Pos do rohanmai naung renta hundulan muna Raja nami. Ia di pudi hamu Rajanami sipaimaon, ia dijolo hamu siaduon, ai hamu do pangidoan paniroion dohot panuturion di hami ianakkon muna, di panghataionnami maradophon hula-hula i, Raja……

Nuaengpe hupasahat hami ma tingki panghataion on tu hamu Rajanami. Mauliataema !
Sise mulani hata, sungkun mulani uhum, jolo dinangnang do asa dinungnung, jolo dipangan do sipanganon asa disungkun.

PR PARBORU: Parjolo sise lapatan ni sipanganon:
Tubuma dingin-dingin diluatni janji matogu, Horas tondi madingin pir tondi matogu.

Nunga nihabosurhon indahan na las, hinasagathon lompan natabo, suang songoni minum mual sitiotio, tio ma antong parnidaanta tu joloan on. Pamurnas mai antong tu daging marsaudara tu bohi, sipasindak panaili mai, sipaneang holiholi jala sipadomu tahi.

PR PARANAK:
Olo tutu rajanami, alusanma sisesise ni raja i
PR PARBORUSise Paduahon, manungkun sintuhu ni ulaon

Alai amangboru !, mardongan do na uli marangkup do na denggan, siangkupna songon na hundul siudurna songon na mardalan, dia ma siangkupna, dia ma lak-lak na dia ma unokna, dia ma hatana dia ma na ni dokna, tangkas ma di paboa amang boru ma .

Adongma anak magodang dijolo nami, jinujuan ma ibana asa dilului donganna masihaholongan-donganna gabe-donganna saurmatua-donganna hot ripe. Ia jus ma ninna hole-sar ninna tahutahu, purma barita, sahatma alualu sian anak nami.

Tangkas do hutanda hami raja i, na hot diadat na ingot di uhum, raja ditongani mangajana, natardok hata indokna.

Ai nunga pitu lilinami, paualu jugia nami, nunga uli nipi nami, olo borumu naeng gabe parumaen nami.
parajahon panghataion diparhusipon


RP PARBORU
Patni gaja tu patni hora, anakni raja do hamu pahompu ni namora. Sinur do di hamu horbo dibara, bun do dihamu eme disopo, gok do dihamu pansamotan dohot sere di hombung. Marbunga ma singkoru, dijulu ni tapian, tangkas binotodo, na marroha-naburju jala namora do hamu boru, huhut nabuas mangalean.

PR PARANAK. (Mangelek)
Toho do nunga tangkas sahat pasupasu sian Tuhanta sian najolo tu hami.Molo tung alani sibahenondo, songon nabiar do rohanami, alai pos do rohanami, ndang pailaonmu gellengmu, ai sian najolo hutanda hami hamu, songon pandohanni natuatua,

Ba tung patuhukhonon muna ma tu gellengmu naso tartuhukna raja nami? Mauliate.

Ba pasahat hamu ma sinamot tu suhut : horbo saadaran, mas saampang, hepeng rupiah singkat ni . ringgit sitio suaraPintor oloi hamu ma, ai namora do hamu sian hitaan, ba namora jala situnjang hepeng do hamu nang dipangarantaoan on.

Raja nami! Ninna barita, manjangkit ulok dari, mangarpe di dangkani jabijabi, hamaraon namasa di ugari, turiturian namu saonari.

Ndang songon dibonani pasogit be ditano pangarantoan on rajanami. Ndang adong be tuduon didia adaran ni horbo, so adong be barani jabu, ba mas pe nunga toko mas nampunasa

Alai rajanami didok hamu nankin, sadasada hamu alusan nami, pangidon nami dohot elekelek nami sahali mangalusi ma hami di hamu, pinasadama sinamot tu suhut sihabolonan rap dohot angka partodoan, dohot namosok didokma nuaeng “ Sinamot Rambu Pinungu” jala dipasada ma i di uang rupia ni pamarentanta NKRI

sapala pantis raja nami, pantisni miak sada galangan,
sapala namangasi hamu rajanami, unang di paralangalangan.
Tung mangido mangelekma hami di hamu raja nami.

Hombar tusi, loas hamu ma jolo hami mangido panuturion sian dongan sahuta, hula-hula/tulanng dohot hahaanggi, boru/bere nami. Parjoloma jolo hupangido hami panuturion sian dongan huta/natua-tua ni huta

Santabi godang ma dihamu angka amanta raja, lumobi disuhut nadua
PR PARBORUMauliatema di paniroion ni dongan huta !

HULA-HULA & TULANG NI PARBORU
PR PARBORU.Mauliatema paniroion muna hula-hula nami

BORU/BEREDung hupaihut-ihut hami panghataion ni hula-hula nami parboruon muna pariban nami, sipanolopi ma hami di hasadaan ni roha muna songon adat na hombar adat di huta on. Mauliatema

Songonima dihamu parboruon nami…..
Tuat siputi nangkok sideak, ba i naummuli, ima tutu tapareak.
Ba nunga dipangido hamu asa rambu pinungu dipasada ma sudena di uang rupia NKRI , huoloi hami mai , ba tariashon hamu si sombahonon muna i amang boru! .

Toho ma antong nalambas roha hamu jala marpanganju. Alai rajanami andorang so hutariashon hami sisombahonon nami tu hamu, nunga jolo nililit hian bolon nami, Raja nami, ndatung namangkolit hami, ba tungido natarpatupa hami, ai hansitdo tangan mandanggurhon nasoada. Idaon mokmok do hami, idaon togos molo tung tohoma songon nidok munai, nean molo parnidaan nami sandiri, marniang do hami. Ba tumpakma tondimu, tumpak sahalamu, asa saut mokmok jala togos muse hami tu joloan on. Tohodo nahubaranihon hamido ro mandapothon hamu, jado I raja nami Rp……juta ma sisombahonon nami sinamot nagok boru ni raja i, rambu pinungu. Alai anggo panandaion, tung tangkas do pasahaton nami tu opat partodoan / suhi ampang na opat ni raja I di alaman.

RP PARBORU
Songoni ma di hamu amang boru, nunga tangkas nangkining binege sian hasuhuton, ba huundokhon hamima pangidoan muna ima sinamot na gok, godangna Rp ….juta, rambu pinungu, alai panandaion tu suhi ampang na opat, tangkas dope pasahaton muna. Mauliatema.

Catatan: Hula-hula namarhahamaranggi dohot hula-hula anak manjae ndang ingkon ulos tanda holong nasida boi ma nian bentuk hepeng, songon na pinatorang. Songoni angka na asing na marholong ni roha.

Onma sebagai pedoman, alai na mengikat hula-hula ma namangalehon tu paranak jambar songon “ulu dengek mulak” hombar paradaton di huta i, alana paranak nunga menyerahkan “ tudu-tudu ni sipanganon /panggoari ni sipanganon” tu parboru hombar tu mkana juhut & parjuhut naung pinatorang di bagian V

4. Prosesi Masuk tu Alaman ni Suhut.Holan suhut bolahan amak (suhut namangalamani) do manjalo hula-hulana di alamanna. Suhut naniamabangan (suhut na ro) sauduran/ rup masuk do rap dohot hula-hula/tulangna. (Ndang khu sus manjalo hula-hulana di alaman ni halak).5. Proses, Waktu dan Tempat Pernikahana. Martumpol (kalau ada).b. Marsibuha-buhaic. Pemberkatan Nikah.d. UnjukSian pengalaman, pemberkatan nikah sebaiknya pkl 09.00, paling lambat pkl 09.30 asa boi marsipanganon di ulaon unjuk pkl 12.00, paling lambat pkl 12.30, ai i do kebiasaan makan siang, unang gabe targanggu kesehatan, jala asa tingkos songon tingki diundangan pkl 12.00.

7. Ulos-ulos dohot Pasituak Natonggi a. Ulos tonunon sadari sipasahaton ni parboru tu paranak, paranak do anggo namenyediahon i. b. Songoni nang pasituak natonggi/panandaion nasipasahaton ni paranak tu parboru, parboru do anggo namenyediahon i.

PASIDUNG ULAON
Jumlah (Godang) ni Ingot-ingot, sada ma sian paranak, satongama sian parboru. Dipasahatma tu natua-tua ni huta
Jongjongma natuatuani huta huhut maniop ingot-ingot di piring

Andorang so hutariashon hami ingot-ingot, tu hita namardongan sahuta dohot dongan nasaparadaton, songon onma angka naung dihatai siingotonta: ……

Sinamot godangna Rp …juta rambu pinungu, asing ni panandaion tu suhi ampang na opat, bohi ni sinamot naung dipasahat Rp….., ulaon di alaman ni……, jambar mangihut, ulos ..(songon tabel),…dst..

Tampuak ni sibagandingma didolokni pangiringan, sai sautma hamu suhut nadua horas jala gabe jala maulibulung, namartutur huhut masi pairingiringan.

Sahatsahatni solu ma sai sahat tu bontean nunga sahat simpul ulaontaon dibagasan dame, lelengma hita mangolu jala rap tagomgomma parhorasan panggabean.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angka Umpasa di Na Marhusip

Contoh Umpasa batak

Lagu sekilas