Suksesi Kepemimpinan ala “Melayu” di Malaysia
oleh
adhari purnawan
Kunjungan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi ke Istana Merdeka untuk bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa, kemungkinan menjadi pertemuan terakhir sebagai kepala pemerintahan kedua negara.
PM Abdullah sudah menyatakan tidak akan ikut pemilihan presiden UMNO pada musyawarah nasional organisasi politik terbesar di Malaysia 24-28 Maret 2009. Wakilnya, Najib Tun Razak, pun maju tanpa ada lawan pada pemilihan kali ini. Najib sudah dipastikan akan menjadi Presiden UMNO.
Sementara itu, Yudhoyono juga akan menghadapi Pemilihan presiden Juli 2009. Walau peluang menang cukup besar, kemungkinan kalah juga ada. Jadi pertemuan kedua kepala pemerintahan mungkin akan menjadi pertemuan terakhir.
Di Malaysia sendiri, masih menjadi pertanyaan, kapan penyerahan kekuasaan PM dari Abdullah ke Najib. Seseorang menjadi presiden UMNO otomatis akan menjadi PM Malaysia. Itu pun merupakan suatu tradisi yang sudah berlangsung lama. Tak ada aturan tertulisnya.
Walaupun sudah pasti Abdullah akan menyerahkan jabatan PM kepada Najib yang pasti terpilih sebagai presiden UMNO, baru kabar angin saja tongkat estafet PM akan diserahkan pada awal April 2009.
Suksesi Terpaksa
Suksesi kepemimpinan di Negeri Jiran ini terjadi bukan karena ada pemilihan, tapi karena dipaksa keadaan. Sudah menjadi tradisi suksesi kepemimpinan karena dipaksa oleh kondisi. Peralihan dari Abdullah ke Najib juga karena dipaksa oleh kondisi politik dalam negeri.
Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Abdullah memang masih memenangi Pemilu 8 Maret 2008, meski tidak menjadi mayoritas mutlak. Selain itu, pada hasil Pemilu 8 Maret itu, ada lima negara bagian yang dikuasai oleh oposisi Pakatan Rakyat, yakni Selangor, Pulau Pinang, Kedah, Kelantan dan Perak. Ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah politik Malaysia.
Semua kenyataan ini menjadi desakan kepada Badawi untuk segera mundur dari tampuk PM. Badawi kemudian melakukan pertemuan dengan Najib dan sepakat akan memberikan peralihan kekuasaan pada pertengahan tahun 2010.
Namun karena berbagai desakan dan manuver dari petinggi UMNO, Abdullah akhirnya sepakat mempercepat pemilihan presiden UMNO menjadi 24-28 Maret 2009 dan ia sendiri menyatakan tidak akan ikut dalam pemilihan presiden UMNO.
Model Baru
Suksesi peralihan kekuasaan setelah Najib menjadi PM berkemungkinan menimbulkan model baru karena oposisi Pakatan Rakyat kini menguasai 83 suara dari total 222 kursi di Parlemen. BN kini hanya menguasai 139 kursi di parlemen. Dua anggota parlemen dari PBS sudah keluar dari koalisi BN, maka praktis koalisi itu hanya kuasai 137 kursi.
Jika Najib tidak pintar dalam menyusun kabinet dan merangkul orang-orangnya Abdullah, maka kemungkinan orang-orang BN beralih ke oposisi. Oposisi hanya perlu tambahan 29 tambahan kursi menjadi 112 kursi dan mayoritas tipis di parlemen maka pemerintahan koalisi BN dapat jatuh beralih ke oposisi.
Pertemuan antara Abdullah dan Anwar Ibrahim pada suatu acara Maulid beberapa hari lalu telah membuat gempar politik Malaysia. Abdullah dan Anwar Ibrahim adalah kawan satu kampung di Pulau Penang. Yang melepaskan Anwar Ibrahim dari penjara pun Badawi. Pertemuan itu banyak dianalisis kemungkinan koalisi Anwar-Badawi.
Pembicaraan koalisi dengan BN juga sedang terjadi dengan PAS, kemungkinan meluas menjadi koalisi dengan Pakatan Rakyat. Mantan Menteri Hukum Malaysia Zaid Ibrahim, yang mundur belum lama ini dan orang kepercayaan Pak Lah, sudah minta secara resmi kepada Raja Malaysia agar tidak melantik Najib sebagai PM Malaysia baru karena banyaknya skandal.
Jika Najib tidak hati-hati dalam mengelola konflik dalam tubuh UMNO dan BN, maka akan ada peralihan atau suksesi kepemimpinan yang sama sekali berubah seperti tradisi yang sudah lama berlangsung dalam tubuh UMNO dan BN.
Penulis adalah Kabiro ANTARA Kuala Lumpur
adhari purnawan
Kunjungan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi ke Istana Merdeka untuk bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa, kemungkinan menjadi pertemuan terakhir sebagai kepala pemerintahan kedua negara.
PM Abdullah sudah menyatakan tidak akan ikut pemilihan presiden UMNO pada musyawarah nasional organisasi politik terbesar di Malaysia 24-28 Maret 2009. Wakilnya, Najib Tun Razak, pun maju tanpa ada lawan pada pemilihan kali ini. Najib sudah dipastikan akan menjadi Presiden UMNO.
Sementara itu, Yudhoyono juga akan menghadapi Pemilihan presiden Juli 2009. Walau peluang menang cukup besar, kemungkinan kalah juga ada. Jadi pertemuan kedua kepala pemerintahan mungkin akan menjadi pertemuan terakhir.
Di Malaysia sendiri, masih menjadi pertanyaan, kapan penyerahan kekuasaan PM dari Abdullah ke Najib. Seseorang menjadi presiden UMNO otomatis akan menjadi PM Malaysia. Itu pun merupakan suatu tradisi yang sudah berlangsung lama. Tak ada aturan tertulisnya.
Walaupun sudah pasti Abdullah akan menyerahkan jabatan PM kepada Najib yang pasti terpilih sebagai presiden UMNO, baru kabar angin saja tongkat estafet PM akan diserahkan pada awal April 2009.
Suksesi Terpaksa
Suksesi kepemimpinan di Negeri Jiran ini terjadi bukan karena ada pemilihan, tapi karena dipaksa keadaan. Sudah menjadi tradisi suksesi kepemimpinan karena dipaksa oleh kondisi. Peralihan dari Abdullah ke Najib juga karena dipaksa oleh kondisi politik dalam negeri.
Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Abdullah memang masih memenangi Pemilu 8 Maret 2008, meski tidak menjadi mayoritas mutlak. Selain itu, pada hasil Pemilu 8 Maret itu, ada lima negara bagian yang dikuasai oleh oposisi Pakatan Rakyat, yakni Selangor, Pulau Pinang, Kedah, Kelantan dan Perak. Ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah politik Malaysia.
Semua kenyataan ini menjadi desakan kepada Badawi untuk segera mundur dari tampuk PM. Badawi kemudian melakukan pertemuan dengan Najib dan sepakat akan memberikan peralihan kekuasaan pada pertengahan tahun 2010.
Namun karena berbagai desakan dan manuver dari petinggi UMNO, Abdullah akhirnya sepakat mempercepat pemilihan presiden UMNO menjadi 24-28 Maret 2009 dan ia sendiri menyatakan tidak akan ikut dalam pemilihan presiden UMNO.
Model Baru
Suksesi peralihan kekuasaan setelah Najib menjadi PM berkemungkinan menimbulkan model baru karena oposisi Pakatan Rakyat kini menguasai 83 suara dari total 222 kursi di Parlemen. BN kini hanya menguasai 139 kursi di parlemen. Dua anggota parlemen dari PBS sudah keluar dari koalisi BN, maka praktis koalisi itu hanya kuasai 137 kursi.
Jika Najib tidak pintar dalam menyusun kabinet dan merangkul orang-orangnya Abdullah, maka kemungkinan orang-orang BN beralih ke oposisi. Oposisi hanya perlu tambahan 29 tambahan kursi menjadi 112 kursi dan mayoritas tipis di parlemen maka pemerintahan koalisi BN dapat jatuh beralih ke oposisi.
Pertemuan antara Abdullah dan Anwar Ibrahim pada suatu acara Maulid beberapa hari lalu telah membuat gempar politik Malaysia. Abdullah dan Anwar Ibrahim adalah kawan satu kampung di Pulau Penang. Yang melepaskan Anwar Ibrahim dari penjara pun Badawi. Pertemuan itu banyak dianalisis kemungkinan koalisi Anwar-Badawi.
Pembicaraan koalisi dengan BN juga sedang terjadi dengan PAS, kemungkinan meluas menjadi koalisi dengan Pakatan Rakyat. Mantan Menteri Hukum Malaysia Zaid Ibrahim, yang mundur belum lama ini dan orang kepercayaan Pak Lah, sudah minta secara resmi kepada Raja Malaysia agar tidak melantik Najib sebagai PM Malaysia baru karena banyaknya skandal.
Jika Najib tidak hati-hati dalam mengelola konflik dalam tubuh UMNO dan BN, maka akan ada peralihan atau suksesi kepemimpinan yang sama sekali berubah seperti tradisi yang sudah lama berlangsung dalam tubuh UMNO dan BN.
Penulis adalah Kabiro ANTARA Kuala Lumpur
Komentar
Posting Komentar
Buatlah pesan anda dengan tata cara yang baik dan tidak mengandung unsur Pornografi dan juga mengandung teror.