suksesi
KETIKA berada di luar negeri baru-baru ini, Uni Lubis dan August Parengkuan dari TV7 menelepon saya supaya ikut mewawancarai Perdana Menteri Mahathir Mohamad di Yogyakarta. Kepala pemerintahan Malaysia yang ke-empat ini berkunjung di kota "gudeg" untuk suatu acara penghargaan. Permintaan dari rekan-rekan akrab itu segera saya iya-kan. Mereka dengan penuh dedikasi ingin mengembangkan TV7, bagian dari grup Kompas/Gramedia. Lagi pula ada faktor penting, kenapa mewawancarai PM Mahathir Mohamad merupakan pengalaman menarik. Jarang ada seorang pemimpin di negara berkembang bukan Barat yang secara sadar mengatur suksesi kepemimpinan yang normal. Mundur secara teratur dan terencana, bukan karena demo-demo ataupun kup militer adalah suatu prestasi amat penting dalam pembangunan politik sebuah negara bukan Barat. Andai kata Presiden Soeharto mampu melakukan suksesi normal, mungkin pada tahun 1993, maka agaknya situasi kondisi Indonesia akan lain sama sekali ketimbang sekarang ini...