AS: Suksesi Korut Membahayakan
WASHINGTON (SI) – Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa uji coba nuklir Korea Utara (Korut) dan suksesi kepemimpinan merupakan “campuran yang berpotensi membahayakan.”
Menurut Direktur Intelijen Nasional AS Dennis Blair,tingkah Korut mengikuti sebuah pola yang telah biasa mereka lakukan. Namun, kali ini Korut mengutamakan senjata berbahaya, misil antarbenua, dan senjata nuklir.“Meskipun pola itu telah akrab di mata kita, tingkat risikonya semakin meningkat,” ujarnya ketika bertemu dengan para pengusaha yang memiliki hubungan dengan komunitas intelijen. Uji coba bom nuklir pada bulan lalu oleh Pyongyang memicu ketegangan hubungan AS dan Korut.
Media Korsel melaporkan pekan lalu bahwa Korut sedang merakit rudal jarak jauh –kemungkinan mampu menjangkau antar benua– yang memicu kritik dunia internasional. “Saya pikir itu semua akan ditutupi dengan suksesi yang akan menjadi perhatian pemimpin saat ini,”kata Blair,mengacu pada pemimpin Korut Kim Jong-il. Blair mengungkapkan, Kim Jong-il pada musim panas lalu mengalami stroke dan telah menunjukkan putranya sebagai penggantinya. Putra Kim tersebut adalah Kim Jong-un yang berusia 26 tahun.
“Jadi, suatu waktu Anda akan memiliki sebuah kombinasi sikap, dengan melakukan langkah-langkah provokatif untuk menciptakan respons, ditambah dengan pertanyaan mengenai suksesi, Anda pun memiliki potensi percampuran bahaya,”papar Blair. Blair menambahkan, adanya vonis terhadap risiko yang makin menguat saat ini merupakan bentuk informasi agar AS yang dalam perundingan enam negara mengajak kembali Korut berunding. Pada Sabtu (6/6, Presiden AS Barack Obama menegaskan uji coba nuklir Korut merupakan provokasi yang luar biasa.
Secara terpisah,Korut kemarin mengatakan akan menggunakan senjata nuklirnya untuk mempertahankan diri. Selain itu, senjata nuklir itu akan digunakan untuk membalas serangan musuhmusuh negara tersebut. Negara komunis itu akan menjawab setiap serangan dengan serangan yang lebih maju, seperti yang dikutip dari harian kabinet Minju Joson. Minju Joson juga menulis bahwa senjata nuklir merupakan alat yang kuat untuk melindungi perdamaian regional dan membalas serangan yang “tak kenal ampun” karena merusak kedaulatan dan martabat negara.
Analis mengungkapkan,China merupakan negara kunci untuk menekan sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Korut. Namun, Beijing enggan menekan karena khawatir akan membuat ketidakstabilan Korut dan menciptakan krisis pengungsi di perbatasannya. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pada Minggu (7/6) mengungkapkan, AS akan bekerja keras untuk menciptakan mekanisme yang akan mengizinkan untuk larangan kapal-kapal Korut yang membawa material nuklir atau rudal.
Dia menganggap beberapa negara telah memberikan perhatian penuh mengenai pelarangan tersebut. “Kita akan melakukan apa pun untuk melarang dan mencegah masuknya pasokan nuklir ke Korut dan menghentikan aliran uang,” tandas Hillary. “Jika kita tidak melakukan langkah signifikan dan efektif terhadap Korut sekarang, maka kita akan melihat perlombaan senjata di Asia.” Adapun keluarga dua wartawan AS yang divonis 12 tahun kerja paksa di Korut menyerukan agar negara komunis itu menunjukkan belas kasih.
Analis mengatakan, Pyongyang menggunakan dua wartawan itu sebagai kunci tawar untuk mendapatkan perhatian Washington. “Kami meminta Pemerintah Korut menunjukkan belas kasih dan memberikan ampunan bagi Laura dan Euna dan memperbolehkan mereka pulang ke keluarganya,” tutur kerabat Laura Ling dan Euna Lee, wartawan Current TV, dalam pernyataan mereka. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/245658/
Menurut Direktur Intelijen Nasional AS Dennis Blair,tingkah Korut mengikuti sebuah pola yang telah biasa mereka lakukan. Namun, kali ini Korut mengutamakan senjata berbahaya, misil antarbenua, dan senjata nuklir.“Meskipun pola itu telah akrab di mata kita, tingkat risikonya semakin meningkat,” ujarnya ketika bertemu dengan para pengusaha yang memiliki hubungan dengan komunitas intelijen. Uji coba bom nuklir pada bulan lalu oleh Pyongyang memicu ketegangan hubungan AS dan Korut.
Media Korsel melaporkan pekan lalu bahwa Korut sedang merakit rudal jarak jauh –kemungkinan mampu menjangkau antar benua– yang memicu kritik dunia internasional. “Saya pikir itu semua akan ditutupi dengan suksesi yang akan menjadi perhatian pemimpin saat ini,”kata Blair,mengacu pada pemimpin Korut Kim Jong-il. Blair mengungkapkan, Kim Jong-il pada musim panas lalu mengalami stroke dan telah menunjukkan putranya sebagai penggantinya. Putra Kim tersebut adalah Kim Jong-un yang berusia 26 tahun.
“Jadi, suatu waktu Anda akan memiliki sebuah kombinasi sikap, dengan melakukan langkah-langkah provokatif untuk menciptakan respons, ditambah dengan pertanyaan mengenai suksesi, Anda pun memiliki potensi percampuran bahaya,”papar Blair. Blair menambahkan, adanya vonis terhadap risiko yang makin menguat saat ini merupakan bentuk informasi agar AS yang dalam perundingan enam negara mengajak kembali Korut berunding. Pada Sabtu (6/6, Presiden AS Barack Obama menegaskan uji coba nuklir Korut merupakan provokasi yang luar biasa.
Secara terpisah,Korut kemarin mengatakan akan menggunakan senjata nuklirnya untuk mempertahankan diri. Selain itu, senjata nuklir itu akan digunakan untuk membalas serangan musuhmusuh negara tersebut. Negara komunis itu akan menjawab setiap serangan dengan serangan yang lebih maju, seperti yang dikutip dari harian kabinet Minju Joson. Minju Joson juga menulis bahwa senjata nuklir merupakan alat yang kuat untuk melindungi perdamaian regional dan membalas serangan yang “tak kenal ampun” karena merusak kedaulatan dan martabat negara.
Analis mengungkapkan,China merupakan negara kunci untuk menekan sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Korut. Namun, Beijing enggan menekan karena khawatir akan membuat ketidakstabilan Korut dan menciptakan krisis pengungsi di perbatasannya. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pada Minggu (7/6) mengungkapkan, AS akan bekerja keras untuk menciptakan mekanisme yang akan mengizinkan untuk larangan kapal-kapal Korut yang membawa material nuklir atau rudal.
Dia menganggap beberapa negara telah memberikan perhatian penuh mengenai pelarangan tersebut. “Kita akan melakukan apa pun untuk melarang dan mencegah masuknya pasokan nuklir ke Korut dan menghentikan aliran uang,” tandas Hillary. “Jika kita tidak melakukan langkah signifikan dan efektif terhadap Korut sekarang, maka kita akan melihat perlombaan senjata di Asia.” Adapun keluarga dua wartawan AS yang divonis 12 tahun kerja paksa di Korut menyerukan agar negara komunis itu menunjukkan belas kasih.
Analis mengatakan, Pyongyang menggunakan dua wartawan itu sebagai kunci tawar untuk mendapatkan perhatian Washington. “Kami meminta Pemerintah Korut menunjukkan belas kasih dan memberikan ampunan bagi Laura dan Euna dan memperbolehkan mereka pulang ke keluarganya,” tutur kerabat Laura Ling dan Euna Lee, wartawan Current TV, dalam pernyataan mereka. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/245658/
Komentar
Posting Komentar
Buatlah pesan anda dengan tata cara yang baik dan tidak mengandung unsur Pornografi dan juga mengandung teror.