legenda batu gantung
Oke, kali ini kita akan bicara tentang salah satu legenda yang populer dari tanah batak. (tuh tuh, langsung pada ngumpul depan monitor kalo dah ngedenger tentang legenda.. dasar anak-anak..) Soal legenda, tanah Batak (Tano Batak) gak kalah dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Beberapa yang terkenal itu Legenda Danau Toba dan Legenda Batu Gantung.
Sekarang sih lagi pengen cerita yang legenda Batu Gantung aja dulu. Yang legenda Danau Toba, ntar aja. Soalnya itu legenda yang paling seru sih. (Tuh kan penasaran jg akhirnya.. sabar.. sabar)
Tau ga Batu Gantung? Batu gantung adalah batu yang digantung (atau tergantung?). Ya terserah aja lah gimana persepsinya. Pokoknya batu gantung itu ya batu… yang bergantungan… hehehe. Oke lewat. Maksudnya, kok bisa sih batu tergantung? Apa batu itu sudah mulai berani melawan kekuatan alam yang bilang bahwa grafitasi membuat semua benda jatuh ke arah bumi? Wah baru jadi batu aja dah sok banget. Hehehe bukan.. bukan.. bukan karena itu. Tapi tuh batu emang menempel dan tergantung di tepi sebuah bukit.
Cerita batu gantung ini ada beberapa versi sih. Tapi ntar kita mau coba ngeliat versi mana yang paling kita sukai… hehehe
Alkisah hiduplah seorang putri Radja raja, yang mana rajanya bernama Sisingamangaraja X (Catatan, ‘Si’ yang di depan Sisingamangaraja bukan panggilan untuk seseorang yah. Itu emang namanya), dan dimana putrinya bernama Pinta Omas boru Sinambela. Di lain tempat, hiduplah seorang wanita, yaitu adik perempuan dari Sisingamangaraja X yang bernama Nai Hapatihan. Nai Hapatihan menikah dengan seorang Aceh, dan melahirkan anak bernama Fakih Amiruddin.
Oke, mulai bingung. Stop dulu, tarik nafas dalam 3 kali, dan kita ulang lagi.
Jadi raja Sisingamangaraja X punya adik bernama Nai Hapatihan. Anaknya Sisingamangaraja adalah cewek bernama Pinta Omas. Dan Anaknya Nai Hapatihan adalah cowok namanya Fakih. Udah? Udah ngerti blom? Udah kan? Ya udah, lanjut lagi.
Nah, si Pinta Omas ini, ternyata bertemu dengan si Fakih dan saling jatuh cinta (berjuta rasanya, disentuh dibelai amboi rasanya). Jangan tanyakan mengapa, karena ku tak tau. Oke selesai ngemengnya. Lanjut lagi. Kalo dilihat dari Tarombonya Batak, Maka Pinta Omas ini adalah Pariban dari Fakih. Oleh sebab itu mereka semakin jatuh cinta..
Namun, seperti di sinetron-sinetron Indonesia lainnya, hubungan mereka tidak disetujui oleh Raja Sisingamangaraja X. Salah satu versi menyebutkan karena bila mereka menikah, maka Fakih akan saingan Sisingamangaraja X (aduh panjang, capek ngetiknya) untuk merebut kedaulatan di Tanah Batak. Hohoho kalo ini ternyata tentang kekuasaan, bukan uang.
Versi lain menyebutkan bahwa si Pinta Omas ternyata udah dijodohin sama orang yang berketurunan Ningrat, berkasta tinggi, dan menjadi kepercayaan sang bapak. Wah masih jaman Siti Nurbaya nih.
Karena hubungan mereka tidak disetujui, dan karena mereka sudah sangat jatuh cinta, maka dalam kekecewaan, dan tangisan yang menyayat hati, si Pinta Omas berlari keluar rumahnya, menuju ke tepi bukit. Di situ dia menghirup nafas 3 kali, berbalik sejenak untuk memandangi rumahnya dari jauh sambil berlinang air mata penuh kekecewaan, dan sambil mengelus anjing kesayangannya, (oke, sampe sini hiperbola. Tapi yang anjingnya beneran!!) ia melompat dari tebing menuju ke danau Toba disusul oleh anjing kesayangannya.
Tidaaaaaakkk
Tetapi tak diduga tak dinyana (bahasa apa ya?) kakinya si Pinta Omas tersangkut akar pohon. Sehingga ia tidak terjatuh melainkan tergantung di tepi bukit itu. Dan kemudian Ia menjadi Batu.
Versi lain mengatakan bahwa Pinta Omas akhirnya mau menikah dengan pilihan Ayahnya. Namun karena tidak suka, maka sejak menikah, mereka tidak pernah melakukan *piiiiipp* sekalipun. Setiap malam sang suaminya malah duduk termenung menghabiskan malam di bawah kolong rumah. Akhirnya sang putri menyadari bahwa suaminya itu mempunyai keterbelakangan mental. Akhirnya sang putri pun kecewa, dan dalam kekecewaannya karena tidak pernah *piiiiipp* ia pergi ke tebing dan melompat ke danau. Namun tersangkut akar pohon, dan tergantung di sana.
Hingga saat ini, kalo kita datang berwisata ke Sumatera Utara, kita masih akan melihat bentuk sebuah batu menyerupai manusia yang tergantung di tepian sebuah jurang. Di sana kita akan merasakan bagaimana kesedihan ketika cinta tidak terbalas. Dan kita akan semakin menghargai betapa indahnya dan mahalnya harga sebuah Cinta sejati. Kita pun diingatkan, bahwa cinta tidak dapat dipaksakan. Cinta akan memilih sendiri kapan, dimana, dan siapa. Sebab cinta, kekuatannya melebihi langit, dan menembus cakrawala. Serta kesucian sebuah cinta, bahkan lebih suci dari pada cawan anggur seorang perawan. (wakss… apaan nih??)
Oke deh, segitu dulu tentang legenda Batu Gantung. Di waktu yang berikutnya, kita akan membahas tentang Legenda Danau Toba. Byee
Sekarang sih lagi pengen cerita yang legenda Batu Gantung aja dulu. Yang legenda Danau Toba, ntar aja. Soalnya itu legenda yang paling seru sih. (Tuh kan penasaran jg akhirnya.. sabar.. sabar)
Tau ga Batu Gantung? Batu gantung adalah batu yang digantung (atau tergantung?). Ya terserah aja lah gimana persepsinya. Pokoknya batu gantung itu ya batu… yang bergantungan… hehehe. Oke lewat. Maksudnya, kok bisa sih batu tergantung? Apa batu itu sudah mulai berani melawan kekuatan alam yang bilang bahwa grafitasi membuat semua benda jatuh ke arah bumi? Wah baru jadi batu aja dah sok banget. Hehehe bukan.. bukan.. bukan karena itu. Tapi tuh batu emang menempel dan tergantung di tepi sebuah bukit.
Cerita batu gantung ini ada beberapa versi sih. Tapi ntar kita mau coba ngeliat versi mana yang paling kita sukai… hehehe
Alkisah hiduplah seorang putri Radja raja, yang mana rajanya bernama Sisingamangaraja X (Catatan, ‘Si’ yang di depan Sisingamangaraja bukan panggilan untuk seseorang yah. Itu emang namanya), dan dimana putrinya bernama Pinta Omas boru Sinambela. Di lain tempat, hiduplah seorang wanita, yaitu adik perempuan dari Sisingamangaraja X yang bernama Nai Hapatihan. Nai Hapatihan menikah dengan seorang Aceh, dan melahirkan anak bernama Fakih Amiruddin.
Oke, mulai bingung. Stop dulu, tarik nafas dalam 3 kali, dan kita ulang lagi.
Jadi raja Sisingamangaraja X punya adik bernama Nai Hapatihan. Anaknya Sisingamangaraja adalah cewek bernama Pinta Omas. Dan Anaknya Nai Hapatihan adalah cowok namanya Fakih. Udah? Udah ngerti blom? Udah kan? Ya udah, lanjut lagi.
Nah, si Pinta Omas ini, ternyata bertemu dengan si Fakih dan saling jatuh cinta (berjuta rasanya, disentuh dibelai amboi rasanya). Jangan tanyakan mengapa, karena ku tak tau. Oke selesai ngemengnya. Lanjut lagi. Kalo dilihat dari Tarombonya Batak, Maka Pinta Omas ini adalah Pariban dari Fakih. Oleh sebab itu mereka semakin jatuh cinta..
Namun, seperti di sinetron-sinetron Indonesia lainnya, hubungan mereka tidak disetujui oleh Raja Sisingamangaraja X. Salah satu versi menyebutkan karena bila mereka menikah, maka Fakih akan saingan Sisingamangaraja X (aduh panjang, capek ngetiknya) untuk merebut kedaulatan di Tanah Batak. Hohoho kalo ini ternyata tentang kekuasaan, bukan uang.
Versi lain menyebutkan bahwa si Pinta Omas ternyata udah dijodohin sama orang yang berketurunan Ningrat, berkasta tinggi, dan menjadi kepercayaan sang bapak. Wah masih jaman Siti Nurbaya nih.
Karena hubungan mereka tidak disetujui, dan karena mereka sudah sangat jatuh cinta, maka dalam kekecewaan, dan tangisan yang menyayat hati, si Pinta Omas berlari keluar rumahnya, menuju ke tepi bukit. Di situ dia menghirup nafas 3 kali, berbalik sejenak untuk memandangi rumahnya dari jauh sambil berlinang air mata penuh kekecewaan, dan sambil mengelus anjing kesayangannya, (oke, sampe sini hiperbola. Tapi yang anjingnya beneran!!) ia melompat dari tebing menuju ke danau Toba disusul oleh anjing kesayangannya.
Tidaaaaaakkk
Tetapi tak diduga tak dinyana (bahasa apa ya?) kakinya si Pinta Omas tersangkut akar pohon. Sehingga ia tidak terjatuh melainkan tergantung di tepi bukit itu. Dan kemudian Ia menjadi Batu.
Versi lain mengatakan bahwa Pinta Omas akhirnya mau menikah dengan pilihan Ayahnya. Namun karena tidak suka, maka sejak menikah, mereka tidak pernah melakukan *piiiiipp* sekalipun. Setiap malam sang suaminya malah duduk termenung menghabiskan malam di bawah kolong rumah. Akhirnya sang putri menyadari bahwa suaminya itu mempunyai keterbelakangan mental. Akhirnya sang putri pun kecewa, dan dalam kekecewaannya karena tidak pernah *piiiiipp* ia pergi ke tebing dan melompat ke danau. Namun tersangkut akar pohon, dan tergantung di sana.
Hingga saat ini, kalo kita datang berwisata ke Sumatera Utara, kita masih akan melihat bentuk sebuah batu menyerupai manusia yang tergantung di tepian sebuah jurang. Di sana kita akan merasakan bagaimana kesedihan ketika cinta tidak terbalas. Dan kita akan semakin menghargai betapa indahnya dan mahalnya harga sebuah Cinta sejati. Kita pun diingatkan, bahwa cinta tidak dapat dipaksakan. Cinta akan memilih sendiri kapan, dimana, dan siapa. Sebab cinta, kekuatannya melebihi langit, dan menembus cakrawala. Serta kesucian sebuah cinta, bahkan lebih suci dari pada cawan anggur seorang perawan. (wakss… apaan nih??)
Oke deh, segitu dulu tentang legenda Batu Gantung. Di waktu yang berikutnya, kita akan membahas tentang Legenda Danau Toba. Byee
Komentar
Posting Komentar
Buatlah pesan anda dengan tata cara yang baik dan tidak mengandung unsur Pornografi dan juga mengandung teror.